Sesungguhnya mati jasad kerana roh, mati roh kerana tiada ilmu. Mati ilmu kerana tiada amal, mati amal kerana tiada istiqomah. Menuntut ilmu adalah taqwa... menyampaikan ilmu adalah ibadah... mengulang ilmu adalah zikir... mencari ilmu adalah jihad... ........ ~al-qhazali~

Wednesday, January 15, 2014

MENGAPA ANAK NABI M DI MATI AWAL?

Sebab Semua Putra Nabi Diwafatkan Masih Kecil
9 Juli 2012 pukul 5:08
Sebelumnya marilah kita mengenal terlebih dahulu semua anak-anak Nabi
Muhammad saw. yang berjumlah tujuh orang. Sebagaimana yang disebutkan
dalam kitab Tarikh al-Hawadits wa-l-Ahwal an-Nabawiyyah karya as-Sayyid
Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasani, putra-putri Rasulullah saw. adalah
sebagai berikut.
Putra-Putri Nabi Muhammad saw.
Al-Qasim, seorang laki-laki, anak pertama Rasulullah saw. yang dilahirkan dan
meninggal sebelum masuk masa kenabian (masa mulai turunnya wahyu kepada
Nabi Muhammad saw.), ketika meninggal ia masih berusia dua tahun.
Abdullah, putra Nabi saw. yang disebut juga at-Thayyib dan at-Thahir, ada
pula yang berpendapat bahwa nama lainnya adalah at-Thayyib bukan at-
Thahir. Mengenai kelahirannya ada yang berpendapat bahwa ia lahir ketika
telah masuk masa kenabian, tetapi ada pula yang mengatakan kalau ia tak
pernah menemui masa kenabian.
Zainab, anak perempuan Rasulullah saw. yang tertua. Melahirkan anak yang
bernama ‘Aliy dan Yahya yang keduanya meninggal waktu masih kecil.
Ruqayyah, putri Rasulullah saw. yang diperistri oleh Utsman bin Affan. Beliau
melahirkan seorang anak yang bernama Abdullah. Putri Rasulullah saw. ini
wafat pada hari ketika Zaid bin Haritsah menyampaikan berita gembira tentang
kemenangan kaum muslimin dalam pertempuran Badar.
Ummu Kultsum, putri Nabi saw. yang dinikahi Utsman bin Affan setelah
saudarinya (Ruqayyah) wafat. Ummu Kultsum wafat pada bulan Sya’ban tahun 9
Hijriyah tanpa memiliki anak.
Fathimah (Fatimah), putri Nabi saw. yang diperistri oleh ‘Ali bin Abi Thalib.
Beliau melahirkan anak yang bernama Hasan, Husain, Muhsin, Ruqayyah,
Zainab dan Ummu Kultsum. Adapun Muhsin dan Ummu Kultsum meninggal waktu
masih kecil.
Ibrahim, putra Rasulullah yang meninggal saat berumur tujuh puluh malam,
ada pula yang mengatakan saat berusia tujuh bulan dan yang lain berpendapat
berumur delapan bulan.
Putra-putri Nabi Muhammad saw. yang bernama al-Qasim, Abdullah, Zainab,
Ruqayyah, Ummu Kultsum dan Fatimah dilahirkan di Makkah oleh istri Nabi saw.
yang pertama, yaitu Khadijah r.a. Semua putri Rasulullah saw. pernah
mengalami masa kenabian, masuk Islam dan turut berhijrah ke Madinah.
Adapun Ibrahim dilahirkan di Madinah oleh istri Nabi saw. yang bernama Maria
al-Qibthiyyah (orang Mesir).
Semua anak-anak Nabi saw. meninggal saat beliau masih hidup, kecuali
Fathimah yang wafat paling akhir, yakni tujuh bulan setelah wafatnya
Rasulullah saw.
Mengapa Semua Putra Nabi Diwafatkan Masih Kecil?
Sebagaimana yang telah diterangkan di atas, putra-putra Rasulullah saw. (al-
Qasim, Abdullah dan Ibrahim) semuanya meninggal ketika masih kecil, sehingga
keturunan Rasulullah saw. diteruskan lewat anak perempuan beliau. Mengapa
bukan dari anak laki-lakinya dan mengapa pula mereka diwafatkan sewaktu
masih kecil?
Ini karena Nabi Muhammad saw. telah ditetapkan sebagai nabi terakhir
sebagaimana yang dinyatakan oleh Allah SWT. dalam al-Qur’an Surah al-Ahzab
ayat 40 yang artinya:
“…tetapi dia adalah Rasul Allah dan penutup para Nabi. Dan adalah Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu.”
oleh karena itu seandainya putra-putra beliau tumbuh dewasa, maka mereka
hanya akan menjadi orang biasa dan tidak akan mungkin menjadi nabi,
padahal nabi-nabi yang lain mempunyai putra-putra yang juga menjadi nabi
(seperti Nabi Ibrahim yang punya anak Nabi Ismail dan Nabi Ishaq; Nabi Ya’qub
punya anak Nabi Yusuf; Nabi Daud punya anak Nabi Sulaiman), untuk itulah
Allah mewafatkan putra-putra Rasulullah saw. agar kehormatan dan
keutamaan beliau sebagai Pemimpin/Penghulu Para Nabi dan Rasul (Sayyidul
Anbiya’ wal Mursalin) tetap terjaga. Walhasil, keturunan Rasulullah saw.
diteruskan oleh anak perempuan beliau, karena orang perempuan tidak pernah

Share:

BERBAHASAN MAULID AHLI SUNNAH DGN WAHABI

JAWABAN AHLUSSUNNAH TERHADAP BEBERAPA SYUBHAT KAUM
WAHABI ANTI MAULID
JAWABAN AHLUSSUNNAH TERHADAP BEBERAPA SYUBHAT KAUM WAHABI ANTI
MAULID
Wahabi: “Anda hanya menganalogikan perayaan Maulid dengan puasa
Asyura’, yang terdapat dalam hadits. Mengapa Anda tidak menganalogikan
Maulid dengan dalil dalam al-Qur’an?”
Sunni: “Di dalam al-Qur’an juga terdapat ayat yang dapat dijadikan dasar
Maulid Nabi SAW. Allah SWT berfirman:
ﻗَﺎﻝَ ﻋِﻴﺴَﻰ ﺍﺑْﻦُ ﻣَﺮْﻳَﻢَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺭَﺑَّﻨَﺎ ﺃَﻧْﺰِﻝْ ﻋَﻠَﻴْﻨَﺎ ﻣَﺎﺋِﺪَﺓً ﻣِﻦَ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﺀِ ﺗَﻜُﻮﻥُ ﻟَﻨَﺎ ﻋِﻴﺪًﺍ ﻟِﺄَﻭَّﻟِﻨَﺎ ﻭَﺁﺧِﺮِﻧَﺎ ﻭَﺁﻳَﺔً ﻣِﻨْﻚَ ﻭَﺍﺭْﺯُﻗْﻨَﺎ ﻭَﺃَﻧْﺖَ
ﺧَﻴْﺮُ ﺍﻟﺮَّﺍﺯِﻗِﻴﻦَ
“ Isa putera Maryam berdoa: “Ya Tuhan kami turunkanlah kiranya kepada
kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari
raya bagi kami Yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang
sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rezkilah
Kami, dan Engkaulah pemberi rezki yang paling Utama”. (QS. al-Maidah :
114).
Dalam ayat di atas, Nabi Isa AS berdoa kepada Allah agar dikaruniakan
hidangan dari langit yang akan menjadi hari raya bagi umatnya. Yang
jelas, lahirnya Nabi Muhammad SAW lebih utama dari pada turunnya
hidangan dari langit kepada Nabi Isa AS. Apabila turunnya hidangan dari
langit layak dijadikan sebagai hari raya, sudah barang tentu lahirnya
Rasulullah SAW lebih layak dijadikan hari raya karena memang jauh lebih
mulia dan lebih utama.
Wahabi: “Anda harus tahu bahwa yang pertama kali merayakan Maulid Nabi
SAW itu orang-orang Syiah Isma’iliyah di Mesir, yang termasuk aliran sesat
menurut Ahlussunnah Wal-Jama’ah. Mengapa Anda mengikuti jejak orang-
orang Syiah?”
Sunni: “Memang kaum yang anti Maulid seperti Wahabi menjelaskan bahwa
yang pertama kali menggelar Maulid itu orang-orang Syiah Isma’iliyah di
Mesir. Sementara para ulama yang pro Maulid menjelaskan bahwa yang
pertama kali menggelar Maulid itu seorang Raja yang adil, penganut
Ahlussunnah Wal-Jama’ah, yaitu Sultan Muzhaffaruddin Kawkabri bin
Zainuddin Ali Buktikin. Beliau mengikuti jejak seorang ulama shaleh yang
populer, yaitu al-Imam Umar bin Muhammad al-Mulla. Versi kedua ini
sepertinya lebih dipercaya, karena disebutkan oleh al-Hafizh al-Suyuthi,
dan sebelumnya disebutkan oleh al-Imam al-Hafizh Abu Syamah al-
Dimasyqi dalam kitabnya al-Ba’its ‘ala Inkar al-Bida’ wa al-Hawadits, hal.
95-96. Kitab ini sangat dikagumi oleh kaum Wahabi, dan di-tahqiq oleh
Masyhur Hasan Salman, penulis Wahabi yang sangat produktif, karena
banyak mengupas persoalan bid’ah yang diperangi oleh kaum Wahabi.
Meskipun demikian, Abu Syamah masih menganggap perayaan Maulid
termasuk bid’ah paling hasanah.
Dan seandainya, versi kaum anti Maulid tersebut benar, bahwa yang
pertama kali menggelar Maulid itu orang-orang Syiah Isma’iliyah yang
sesat, maka hal ini tidak berpengaruh terhadap hukum Maulid, karena dalil
yang diajukan oleh para ulama sangat kuat, sebagaimana kami tegaskan
sebelumnya. Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya:
ﻋَﻦْ ﻋَﺎﺋِﺸَﺔَ ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻨْﻬَﺎ ﺃَﻥَّ ﻗُﺮَﻳْﺸًﺎ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﺗَﺼُﻮﻡُ ﻳَﻮْﻡَ ﻋَﺎﺷُﻮﺭَﺍﺀَ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺠَﺎﻫِﻠِﻴَّﺔِ ﺛُﻢَّ ﺃَﻣَﺮَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ
ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺑِﺼِﻴَﺎﻣِﻪِ ﺣَﺘَّﻰ ﻓُﺮِﺽَ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥُ ﻭَﻗَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻣَﻦْ ﺷَﺎﺀَ ﻓَﻠْﻴَﺼُﻤْﻪُ ﻭَﻣَﻦْ ﺷَﺎﺀَ ﺃَﻓْﻄَﺮَ
“Dari Aisyah RA, bahwa kaum Quraisy telah berpuasa Asyura pada masa-
masa Jahiliyah, kemudian Rasulullah SAW , memerintahkan umatnya
berpuasa sampai akhirnya diwajibkan puasa Ramadhan dan Rasulullah SAW
bersabda: “Barangsiapa yang mau berpuasa Asyura berpuasalah, dan barang
siapa yang mau tidak berpuasa, maka tidak berpuasa.”
Dalam hadits di atas, dijelaskan bahwa puasa Asyura itu tradisi kaum
Quraisy pada masa-masa Jahiliyah. Akan tetapi karena puasa tersebut
benar, maka Rasulullah SAW memerintahkan umatnya berpuasa, tidak peduli
walaupun puasa tersebut dari Jahiliyah.
Wahabi: “Itu yang menetapkan puasa Asyura kan Rasulullah SAW. Kalau
Maulid siapa?”
Sunni; “Kalau Maulid yang menetapkan jelas para ulama besar seperti al-
Imam Abu Syamah, Ibnu Taimiyah, al-Hafizh Ibnu Hajar, al-Suyuthi dan
lain-lain, dengan dalil Qiyas, yaitu dianalogikan terhadap hadits
Rasulullah SAW dan al-Qur’an yang turun kepada Rasulullah SAW. Nah, kan
persoalannya selesai. Mau apalagi? Dalam agama kan seperti itu?”
Wahabi: “Hari kelahiran Rasulullah SAW diperselisihkan oleh para sejarawan.
Mengapa Anda menetapkan Maulid Nabi SAW pada bulan Maulid?”
Sunni: “Perlu Anda ketahui, bahwa para ulama menggelar Maulid, dasarnya
bukan karena hari kelahiran Nabi SAW disepakati pada hari tertentu secara
pasti. Coba Anda lihat dalil-dalil para ulama yang kami kutip. Tidak ada
yang berdalil, karena hari kelahiran Nabi SAW tanggal sekian secara
definitif. Dan para ulama yang menganjurkan Maulid seperti Abu Syamah,
Ibnu Taimiah, Ibnu Hajar dan al-Suyuthi, semuanya ahli hadits dan
sejarah. Tidak perlu belajar kepada kita soal sejarah kelahiran Nabi SAW.
Hanya saja yang perlu Anda ketahui, hari kelahiran Nabi SAW yang paling
dikuatkan oleh para ulama adalah Senin tanggal 12 Rabiul Awal. Ini saja
sudah cukup dalam menjadi ketetapan hari perayaan Maulid. Karena
masalah Maulid ini bukan persoalan akidah, yang harus menggunakan dalil
shahih dan qath’iy.”
Wahabi: “Kelompok Anda dalam mengamalkan suatu amalan, tidak mencari
dalil dulu. Tapi mengamalkan dulu, baru mencari dalilnya. Bukan mencari
dalilnya dulu, baru mengamalkan.”
Sunni: “Maaf, itu kan menurut Anda. Anda sepertinya tidak tahu sejarah
Islam. Anda perlu belajar agama lebih dalam lagi. Apakah Anda kira bahwa
yang mengawali tradisi Maulid itu orang awam yang tidak mengerti ilmu
agama? Tradisi Maulid itu awalnya dari ulama. Hanya karena sekarang ini,
amaliyah umat Islam banyak mendapat serangan dari kelompok Anda,
maka para ulama mencarikan dalilnya. Dan itu sudah ada sejak dulu.
Sedangkan statemen Anda, bahwa kami mencari pembenaran dari dalil, itu
karena Anda, hanya menggunakan dalil kullu bid’atin dholalah. Setiap ada
persoalan, anda dalili dengan hadits kullu bid’atin dholalah, dengan
pemahaman yang tidak sesuai dengan pemahaman ahli hadits. Maaf, kami
agak keras, karena mengimbangi bahasa Anda.”
Mudah-mudahan catatan ini bermanfaat.

Share:

TIP MENGHAFAZ ALQURAN MUDAH

Assalamualaikum....kali ini saya ingin berkongsi sedikit bagaimana ingin menjadi hafiz.walaupun bekerja dan tanggungjawab dunia yang tak habis habis.
Marilah kita sama sama ambil sedikit masa untuk akhirat kita dan pahala yang besar untuk akhirat. Dengan membaca alqura  kita dapat menambah pahala dan meningkatkan stamina fikiran yang tajam.
Ok kita mulakan hari ini juga untuk menghafaz alquran.
Bagaimana caranya...senang sahaja..
Poinnya bermula huruf 3.

Fokus tiga baris dalam satu hari.
Baca berulang kali dan fasih menyebutnya
Mesti betul dengan hukm tajwid

Baca sebanyak 20 kali sert faham akan maknanya

Baca sebelum solat
Baca dalam solat
Selepas solat juga dibaca...

Isyallag dengan amalan tiga baris sehari anda bakal menghabiskan selama empat bulan sejuzuk...insyyallah..
Yakinlah kepada Allah.
Selamat mencuba.....

Share:

Friday, January 10, 2014

PENGAJIAN ILMU TURATH


Insyaallah pada minggu depan, ahli jamaah menyarankan agar aku mengambil satu kitab untuk dibaca bagi kefahaman ahli jamaah...saya dengan rendah diri menerima dan kitab yang akan diajar ialah kitab faridah faraid fi ilmu aqidah . kelas akan berlansung pada malam ahad di masjid sukma pada minggu ke tiga
Share:

Hindari Memahami Ayat-ayat Mutasyabihat Dalam Makna Zahirnya (Mewaspadai Ajaran Sesat Wahabi)

Hindari Memahami Ayat-ayat Mutasyabihat Dalam Makna Zahirnya (Mewaspadai Ajaran Sesat Wahabi)


Untuk memahami tema ini sebagaimana mestinya, harus diketahui terlebih dahulu bahwa di dalam al Qur'an terdapat ayat-ayat muhkamat dan ayat-ayat mutasyabihat. Allah ta'ala berfirman :

 ] هُوَ الَّذِيْ أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ ءَايَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ فَـأَمَّا الَّذِيْنَ فِي قُلُوْبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُوْنَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِـغَاءَ الْفِـتْنَةِ وَابْتِـغَاءَ تَأْوِيْلِهِ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيْـلَهُ إِلاَّ اللهُ وَالرَّاسِخُوْنَ فِي الْعِلْمِ يَقُوْلُوْنَ ءَامَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلاَّ أُوْلُوْا اْلأَلْبَابِ [   (ءال عمران : 7)

Maknanya : "Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) kepada Muhammad. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat muhkamat, itulah Umm Al Qur'an (yang dikembalikan dan disesuaikan pemaknaan ayat-ayat al Qur'an dengannya) dan yang lain ayat-ayat mutasyabihat. Adapun orang-orang  yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya sesuai dengan hawa nafsunya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya (seperti saat tibanya kiamat)  melainkan Allah serta orang-orang yang mendalam ilmunya mengatakan : "kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu berasal dari Tuhan kami". Dan tidak dapat mengambil pelajaran darinya kecuali orang-orang yang berakal"    (Q.S. Al Imran : 7)

Share:

Definition List

get this widget here

Unordered List

Sembang